Link2Communion.com

Rabu, 11 November 2009

Abdullah Gymnastiar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Aa Gym

Yan Gymnastiar (lahir di Bandung, Jawa Barat, 30 Februari 1962; umur 47 tahun) atau lebih dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym adalah seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku dan penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang, Bandung . Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Pesan-pesan dakwahnya berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman. Aa Gym digemari oleh ibu-ibu rumah tangga karena ia membangun citra sebagai sosok pemuka agama yang berbeda dengan ulama lainnya. Ketika para ulama “konvensional” berdakwah tentang keutamaan salat, puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan menyenangkan. Topik pembahasannya seputar keluarga dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga, citranya pun didaulat menjadi “ustad keluarga bahagia.” Hal ini menjadi kontroversial ketika media mengumumkan Aa Gym berpoligami dan menikah lagi dengan Alfarini Eridani pada bulan Desember 2006, saat itu istri pertamanya adalah Hj Ninih Muthmainnah atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Ninih", yang telah menjadi istrinya sejak tahun 1988 dan selama menikah dengannya telah dikaruniai tujuh anak. Banyak penggemarnya kecewa dan mengirim SMS berantai, menulis di blog dan Surat Pembaca, menelepon ke stasiun TV, berhenti berkunjung ke Daarut Tauhid, hingga ikut turun jalan dan berdemo menentang poligami . Hal ini berdampak pada kepopulerannya dan bisnisnya .

Profil Ustadz Arifin Ilham

By Republika Newsroom
Minggu, 26 April 2009 pukul 07:31:00


Ular Bawa Berkah Bagi Ustadz Arifin Ilham

Dalamnya laut bisa diukur, tapi nasib orang siapa yang tahu. Itulah yang dialami KH Arifin Ilham, 34 tahun. Sebagaimana pemuda pada umumnya, ia pun belum tahu akan bekerja di mana dan menjadi apa setelah lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Nasional (Fisipol Unas) Jakarta.

Ternyata, lewat proses gigitan ular, Allah SWT menjadikan anak muda ini memimpin majelis zikir yang jamaahnya kini mencapai ribuan dari segala status. Memimpin majelis zikir, menurutnya, merupakan sesuatu yang tak pernah terbayangkan ketika ia menjadi mahasiswa, meskipun ia pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Darun Najah (Jakarta Selatan) dan Pondok Pesantren As-Syafi'iyah (Jakarta Timur).

Alkisah, pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 8 Juni 1969, ini termasuk seorang penyayang binatang. Di rumah ibu angkatnya di Jakarta, ia banyak memelihara binatamg, antara lain burung hantu, kera, dan ayam kate.

Awal April 1997, ia diberi seekor ular hasil tangkapan warga kampung yang ditemukan di semak belukar. Karena kurang hati-hati Arifin digigit binatang melata ini. Namun, ia tidak menyadari kalau dirinya keracunan. Sewaktu dalam perjalanan dengan mengendari mobil, ia pun merasakan sesuatu yang tidak biasa, tubuhnya terasa panas, meradang, dan membiru.

Melihat keadaan Arifin yang demikian, ibu angkatnya Ny Cut mengambil alih kemudi, menuju rumah sakit terdekat. Namun, beberapa rumah sakit menolak dengan alasan peralatan medis yang tidak memadai. Bahkan sejumlah dokter di beberapa rumah sakit tersebut memvonis, umur Arifin tinggal satu persen. Karena sulitnya mendapatkan pertolongan selama 11 jam, keadaan Arifin makin gawat.

Detak jantungnya melemah. Melihat kondisi anak angkatnya yang makin parah, Ny Cut mencoba mendatangi RS Saint Carolus (Jakarta Pusat). Alhmadulilah pihak rumah sakit menerimanya. Arifin langsung ditempatkan di ruang ICU. Infus pun dipasang di tubuhnya. Untuk membantu tugas paru-paru, jantung, dan hatinya yang telah sangat lemah, dokter memasukkan beberapa batang selang ke mulutnya.

Dengan pertolongan Allah, setelah satu bulan lima hari pihak rumah sakit menyatakan ia telah melewati masa kritis dan memasuki masa penyembuhan. Walaupun kondisinya telah jauh lebih baik, Arifin mengalami perubahan pada suaranya. Menurut analisa dokter, hal ini disebabkan oleh pemasangan beberapa selang sekaligus dalam mulutnya untuk waktu yang cukup lama.

Tapi tidak ada yang mengetahui rencana Allah, justru dengan suaranya itu, Arifin menjadi lebih mudah dikenal para jamaah hanya dengan mendengar suaranya. Seperti diceritakan Arifin, selama masa kritis, ia mendapatkan pengalaman spiritual yang sangat luar biasa. Di alam bawah sadarnya ia merasa berada di sebuah kampung yang sangat sunyi dan sepi.

Setelah berjalan-jalan sekeliling kampung, ditemuinya sebuah masjid, yang kemudian dimasukinya. Di dalam masjid ternyata sudah menunggu tiga shaf jamaah dengan mengenakan pakaian putih. Salah satu jamaah kemudian memintanya memimpin mereka berzikir, mengingat Allah SWT.

Keesokan harinya ia kembali bermimpi. Hanya saja sedikit berbeda. Kali ini ia merasa berada di tengah kampung yang penduduknya berlarian ketakutan karena kedatangan beberapa orang yang dianggap sebagai jelmaan setan. Melihat kehadirannya, para penduduk pun berteriak dan meminta dirinya menjadi penolong mereka mengusir setan-setan tersebut.

Hari berikutnya ia kembali bermimpi. Kali ini ia diminta oleh seorang bapak untuk mengobati istrinya yang sedang kesurupan. Mendengar permintaan bapak tersebut, Arifin bergegas, tapi Allah berkehendak lain. Istrinya ternyata telah meninggal sebelum sempat ditolong Arifin. Berbekal pengalaman-pengalaman gaib yang ia alami, Arifin pun memantapkan hatinya untuk menjadi pengingat manusia agar tidak lupa berzikir.

Banyak kegiatan yang dilakukannya. Salah satu yang paling berkesan adalah memimpin zikir untuk para narapidana di Cipinang. Menurut Arifin, kegiatan ini memberikan dampak yang sangat dalam sehingga banyak di antara narapidana tidak sanggup membendung air matanya, menyesali dosa-dosanya.

Meskipun banyak hujatan, Arifin juga telah melakukan zikir di LP Nusakambangan, yang antara lain juga diikuti oleh Tommy Suharto. Tahun 1998, Arifin mengisi ceramah di sebuah rumah di kawasan Condet, Jakarta Timur. Di sinilah ia bertemu dengan Wahyuniati Al-Waly, seorang muslimah yang taat, yang kemudian menjadi pendampingnya.

Tidak berapa lama setelah pertemuan itu, ia bermimpin di depan Ka'bah dengan Yuni berdiri disampingnya dengan menggunakan baju putih bersih. Dengan penasaran, pagi harinya ia menelpon Abah (panggilan Arifin untuk ayahnya), menanyakan perihal mimpinya. Abahnya mengartikan bahwa Yuni adalah jodoh yang diberikan Allah kepadanya. Maka keduanya pun naik ke pelaminan pada 28 April 1998.

Yuni yang ternyata adik kelasnya di Fisipol Unas menilai sosok suaminya sebagai seorang yang baik, romantis, penyayang, pintar, dan kuat landasan agamanya. Ketika ditanya jadual acaranya yang demikian padat, Arifin dengan merendah menyatakan, Alhamdulillah hingga kini ia masih diberikan kesempatan untuk selalu shalat tahajud tiap pukul tiga pagi hingga subuh.

Sekalipun ia tidur hanya sekitar tiga jam, tapi saat berada di kendaraan menuju tempat acara zikir ia menyempatkan diri untuk tidur di mobil. Menurut Arifin, acaranya sudah terisi hingga akhir Agustus mendatang. Ada satu hal yang dipegang oleh dai kelahiran Banjarmasih ini, yakni memegang janji.

Karenanya, tiga kali ia terpaksa menolak permintaan Sekretariat Negara agar berdakwah bersama Presiden Megawati. ''Saya tidak mau kecewakan masyarakat yang telah jauh hari menunggu-nunggu kedatangan saya,'' ujarnya. Arifin mengaku, menjelang pemilu 2004 ini sudah ada parpol yang memintanya agar ia berkampanye untuk partai tersebut. Bahkan ada dari partai besar, yang menjamin bahwa ia nantinya paling sedikit akan menjadi anggota DPR.

''Tapi, saya ingin sebagai rantai (tali) tasbih, yang dapat menampung semua umat,'' ujar dai yang tinggal di Depok sejak 1999 ini. Sikapnya untuk selalu menjadi 'rantai tasbih' itu ternyata 'berbuah manis'. Setiap acara zikir yang dipimpinnya selalu dipadati jamaah dari berbagai kalangan dan status. Minimal, pemandangan ini tampak ketika ia memimpin zikir di Masjid Al-Amr Bittaqwa di Perumahan Mampang Indah II, Depok, Ahad (4/5) lalu.

Sejak pukul 06.00 pagi, masjid yang hanya bisa menampung 500 orang itu sudah dipadati jamaah. Mereka yang hadir belakangan lalu ditampung di tenda-tenda sekitar masjid. Menjelang pukul 08.00, yang tampak adalah lautan manusia berwarna putih warna kopiah dan busana sebagian besar jamaah. Tepat pukul delapan, Arifin datang dan langsung menuju panggung di depan masjid.

Ia didampingi Presiden Partai Keadilan Dr Hidayat Nurwahid, mantan KASAD Jenderal (Purn) Harsono, Habib Abdurahman Semith yang datang bersama belasan kyai dari Semarang, ketua Jamiatul Muslimin Indonesia Habib Husein Alhabsji, dan sejumlah ulama lainnya. Berikutnya, selama dua jam, ribuan jamaah Majelis Zikir Az-Zikra, nama yang diberikan Arifin untuk majelisnya, hanyut dan histeris dalam ritual zikir.

Begitu syahdunya acara zikir ini, tidak peduli pengusaha, artis, sutradara, dan berbagai profesi yang datang ke acara itu dari berbagai tempat di Tanah Air, meneteskan air mata. Bahkan banyak yang terisak-isak. Arifin sendiri terus menyeka air matanya yang terus menerus mengalir dengan dua saputangan yang dibawanya.

Namun, menurut Arifin, tangis bukan termasuk ritual zikir. Zikir pun, katanya, tidak juga sekadar duduk dan memanjatkan puja-puji kepada Allah SWT. ''Yang terpenting dari zikir adalah, di dalam hati harus selalu ingat dan merasakan kehadiran Allah SWT,'' jelas ayah dua anak ini. Arifin membagi zikir meliputi empat hal.

Pertama, zikir hati senantiasa mengingat Allah dalam hati. Kedua, zikir akal, yang berarti mampu menangkap bahasa Allah dalam gerak alam semesta. Ketiga, zikir lisan, yang berupa ucapan asma Allah terjemahan dari kata hati. Keempat, zikir amal yang merupakan aplikasi takwa. Sedangkan anjurannya agar para jamaah zikirnya berbusana putih-putih, Arifin mengemukakan filosofinya. Putih, kata alumnus Fiskipol Unas ini, adalah warna yang melambangkan kesucian dan warna yang sangat disukai Rasulullah SAW.alwi shahab/dokumentasi republika/Mei 2003

Biodata

Nama : H Muhammad Arifin Ilham
Kelharian : Banjarmasin, 8 Juni 1969
Pendidikan : - Ponpes Daarul Najah (1983-1987) - Ponpes Asyafi'iyah (1987 - 1989) - Fisipol Unas Pengalaman
Organisasi: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Prestasi : - Juara Lomba Pidato Bahasa Inggris ASEAN - Juara bulutangkis antar-Ponpes se Jabotabek
Istri : Wahyuniati Al-Waly (28 tahun)


YOGI/REP

Profile Ustadz. H. Jefri Al Bukhori


Profile Ustadz Jefri Al-Bukhori
13/07/2007

UJE Lahir di Budi Rahayu, 12 April 1973. Ust H. Jefri anak ke 3 dari 5 bersaudara yang ayahnya bernama Alm. H. Ismail Modal dan umminya bernama Ustz Dra. Hj. Tatu Mulyana. Ust Jefri memiliki kakak yang pertama Alm. Ust. H. Abdullah Riyad, kakak kedua Ust. H. Aswan Faisal, adik yang keempat H. Decky Fajar dan yang kelima Ustz Hj. Nona. Ust Jefri menikah dengan Pipik Dian Irawati pada 7 September 1999 dan mempunyai dua anak yang bernama Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Ataya Bilal Rizqullah.

Ketika masa kecilnya UJE sama seperti anak-anak kecil lainnya, diberikan anugerah Allah SWT kemudahan dalam mempelajari dan membaca Al-Quran. Hal ini berkat kerja keras dan bimbingan orang tuanya dalam mendidik anak-anak agar menjadi soleh dan solehah. Hal ini terbukti pada saat UJE duduk di bangku sekolah kelas 3-5 SD meraih prestasi MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) sampai tingkat provinsi UJE tamat SD, lalu bersama kedua kakaknya mengikuti Pesantren Modern di Daar el Qolam Gintung, Balaraja Tanggerang selama 4 tahun.

UJE mempunyai dua sisi kepribadiannya pada waktu dulu. Pertama, Uje pada masa sekolah mengikuti kegiatan rohis atau mengikuti pengajian, Kedua UJE terbawa arus dengan teman-teman pemakai narkoba juga senang DUGEM. sampai-sampai UJE juga mengikuti pengajian ngeboat bareng bersama teman sekolahnya di kantin. Pada tahun 1991 UJE pernah menjadi dancer di salah satu club. Setelah bertemu salah satu orang yang tak dikenal mengajak UJE untuk bermain sinteron dan akhirnya mendapatkan prestasi terbaik menjadi aktor dalam sinteron Sayap Patah di TVRI.

Hal yang menyadarkan UJE dari kehidupan semu, ketika UJE diajak umroh beserta ibunda juga bersama kakaknya untuk bertobat dan pada akhirnya setelah bersandar di Ka’bah dan membentur-benturkan kepalanya sampai UJE menangis, meminta ampun kepada Allah SWT supaya bisa di ampuni dosa-dosanya yang selama ini dilakukan. berawal dari usaha pertobatan, UJE sempat mendapatkan amanah dari kakak tertuanya alm. Ust. H. Abdullah Riyad, untuk melanjutkan Dakwah kakaknya di Jakarta, karena alm Ust. H. Abdullah Riyad mendapatkan kepercayaan dari MUIS (Majlis Ugame Islam Singapura) untuk menjadi Imam besar di Masjid Haji Mohammad Soleh, bersebelahan dengan Maqam Habib Nuh Al Habsyi, Palmer Road, Singapura. Dari situlah UJE mulai berdakwah lewat majelis taklim, mushola, mesjid dan perlahan-lahan bisa seperti sekarang ini, dikenal oleh masyrakat banyak dikagumi oleh seluruh kalangan.

Dari proses yang sangat sulit, UJE akhirnya bisa berubah secara perlahan atas dukungan, kesabaran, ketabahan dari orang-orang disekelilingnya yang selalu mendampinginya. Selain itu hidayah Allah SWT. serta bimbinganNya, UJE bisa merasa tenang dalam kehidupannya untuk mulai mencintai Allah SWT, Rasulullah SAW, Orang Tua dan mencintai sesamanya.

UJE

www.ujecentre.com